Senin, 15 Agustus 2016

Pengalaman Hidup



TEKUN BERBUAH HASIL
Di Desa Wolotopo ada seorang bapak yang bernama Lazarus yang hidupnya sebagai petani. Dia memiliki lima orang anak dari istrinya yang bernama Redempta. Sebagai seorang petani, jelas bahwa aktivitasnya sehari-hari tentunya di huma, pergi pagi pulang petang. Lapar haus tak lagi terasa, hujan dan panas tak membuat Lazarus merintih.
Suatu ketika, terjadilah peristiwa kemarau panjang dan kekeringan. Masyarakat setempat yang hidupnya sebagai petani juga tentunya berkeluh kesah karena semua tanaman baik itu umbi-umbian maupun sayuran telah kering dan mati di bakar terik matahari. Tetapi sebaliknya Lazarus tidak pernah merintih, dia hanya bisa diam dan berdoa. Lazarus memang memiliki perangai yang sabar dan lembut.
Ketika kekeringan merampak desa itu, membuat Lazarus berpikir dalam hatinya “bagaimana saya dapat menafkai istri dan anak-anak saya?, memberi makan dan menyekolahkan anak-anak saya. Saya tidak bisa terus berharap pada hasil di huma saya, sedangkan semua tanamannya sudah pada mati”. Terpikirlah dalam benak Lazarus untuk mencari pekerjaan paruh waktu sebagai penjual. Sehingga mereka bisa makan dan anak-anaknya dapat sekolah.
Hari pasar tiba, Lazarus segera menuju ke pasar. Dengan modal tiga puluh ribu rupiah di tangan Lazarus membeli buah nenas, lalu dijual kembali. Sebagai seorang penjual biasanya selalu tetap berada di pasar dan berjualan di dalam pasar, tetapi sebaliknya Lazarus bukannya berjualan di dalam pasar, melainkan berjalan keliling kota. Dari lorong ke lorong ia lewati, dan dari rumah ke rumah ia tawari untuk membeli buah nenas jualannya. Sampailah pukul 06.30, hanya satu buah nenas yang terlaku.
Keesokan harinya Lazarus kembali ke pasar dan tetap melakukan hal yang sama. Semakin hari Lazarus semakin terbiasa dengan pekerjaan paruh waktunya itu sebagai pedagang keliling. Lazarus sering ditertawakan oleh tetangga-tetangganya, sering mencemooh karena Lazarus berjualan keliling kota, bagi masyarakat setempat bahwa pedagang keliling itu suatu pekerjaan yang memalukan, Lazarus sendiri tidak pernah malu dengan keadaannya. dengan sabar dan tekun rejeki pun tidak jauh kemana ketika Lazarus berjualan dengan berbekal doa. Hari demi hari dilalui tanpa putus asa. Kelima anaknya pun bersekolah semua sampai ke jenjang perguruan tinggi dan kelima-limanya sudah menjadi sarjana. Suatu kebanggaan buat Lazarus, tetapi ia tak henti-hentinya bersyukur dan tetap hidup dalam kesederhanaan bersama keluarga kecilnya.
Sebagai seorang manusia, kita patutnya bersyukur karena kita diciptakan sebagai manusia yang berakal budi, dengan begini  manfaatkan akal dan budi baik kita untuk hal-hal yang baik  sebab Tuhan memberi kita akal untuk berpikir, tangan dan kaki untuk berbuat serta hati untuk selalu sabar, tekun dan rendah hati. Maka bekerja dan berdoalah dan pada akhirnya kita akan di beri rahmat yang melimpah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar