TEKUN
BERBUAH HASIL
Di Desa Wolotopo ada seorang
bapak yang bernama Lazarus yang hidupnya sebagai petani. Dia memiliki lima
orang anak dari istrinya yang bernama Redempta. Sebagai seorang petani, jelas
bahwa aktivitasnya sehari-hari tentunya di huma, pergi pagi pulang petang.
Lapar haus tak lagi terasa, hujan dan panas tak membuat Lazarus merintih.
Suatu ketika, terjadilah peristiwa
kemarau panjang dan kekeringan. Masyarakat setempat yang hidupnya sebagai
petani juga tentunya berkeluh kesah karena semua tanaman baik itu umbi-umbian
maupun sayuran telah kering dan mati di bakar terik matahari. Tetapi sebaliknya
Lazarus tidak pernah merintih, dia hanya bisa diam dan berdoa. Lazarus memang
memiliki perangai yang sabar dan lembut.
Ketika kekeringan merampak desa
itu, membuat Lazarus berpikir dalam hatinya “bagaimana saya dapat menafkai
istri dan anak-anak saya?, memberi makan dan menyekolahkan anak-anak saya. Saya
tidak bisa terus berharap pada hasil di huma saya, sedangkan semua tanamannya
sudah pada mati”. Terpikirlah dalam benak Lazarus untuk mencari pekerjaan paruh
waktu sebagai penjual. Sehingga mereka bisa makan dan anak-anaknya dapat
sekolah.
Hari pasar tiba, Lazarus segera
menuju ke pasar. Dengan modal tiga puluh ribu rupiah di tangan Lazarus membeli buah
nenas, lalu dijual kembali. Sebagai seorang penjual biasanya selalu tetap
berada di pasar dan berjualan di dalam pasar, tetapi sebaliknya Lazarus
bukannya berjualan di dalam pasar, melainkan berjalan keliling kota. Dari
lorong ke lorong ia lewati, dan dari rumah ke rumah ia tawari untuk membeli
buah nenas jualannya. Sampailah pukul 06.30, hanya satu buah nenas yang
terlaku.
Keesokan harinya Lazarus kembali
ke pasar dan tetap melakukan hal yang sama. Semakin hari Lazarus semakin
terbiasa dengan pekerjaan paruh waktunya itu sebagai pedagang keliling. Lazarus
sering ditertawakan oleh tetangga-tetangganya, sering mencemooh karena Lazarus
berjualan keliling kota, bagi masyarakat setempat bahwa pedagang keliling itu
suatu pekerjaan yang memalukan, Lazarus sendiri tidak pernah malu dengan
keadaannya. dengan sabar dan tekun rejeki pun tidak jauh kemana ketika Lazarus
berjualan dengan berbekal doa. Hari demi hari dilalui tanpa putus asa. Kelima
anaknya pun bersekolah semua sampai ke jenjang perguruan tinggi dan kelima-limanya
sudah menjadi sarjana. Suatu kebanggaan buat Lazarus, tetapi ia tak
henti-hentinya bersyukur dan tetap hidup dalam kesederhanaan bersama keluarga
kecilnya.
Sebagai seorang manusia, kita
patutnya bersyukur karena kita diciptakan sebagai manusia yang berakal budi,
dengan begini manfaatkan akal dan budi
baik kita untuk hal-hal yang baik sebab
Tuhan memberi kita akal untuk berpikir, tangan dan kaki untuk berbuat serta
hati untuk selalu sabar, tekun dan rendah hati. Maka bekerja dan berdoalah dan
pada akhirnya kita akan di beri rahmat yang melimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar